Sabar dan Syukur
Dalam suatu kelas,
seorang Guru menerangkan pelajaran kepada murid muridnya.
“Anak anak, sesuatu yang
akan terjadi pada kita di masa depan akan disikapi dengan dua hal, rasa senang
dan rasa sedih. Dua duanya memiliki peluang yang sama, setengah dan setengah.
Seperti uang logam dengan sisi bahagia di satu sisi dan sisi sedih di sisi
lainnya. Itu semua bergantung kepada kita menyikapi apa yang terjadi, kita bisa
bahagia bisa pula sedih.” Ucapnya sambil menunjukkan koin logam sebagai alat
peraga.
Sang guru lalu melempar
koin logam tersebut ke udara dan menangkapnya.
“Pak Guru,” salah
seorang murid menggangkat tangannya. Sang Guru mengangguk mempersilahkannya
berbicara.
“Kalau saya mengganti
kedua sisinya dengan kebahagiaan gimana Pak? Jadi saya bisa bahagia apapun yang
terjadi.” ucap murid yang tadi menganggkat tangan.
“Boleh.” Sang Guru
mengangguk takzim dan tersenyum.
“Pak Guru,” murid lain
ikut menggangkat tangannya. Sang Guru menoleh dan kembali mengangguk,
mempersilahkannya berbicara.
“Kalau saya mengganti
kedua sisinya dengan sabar dan syukur boleh Pak?” tanya murid tersebut.
“Boleh, itu bahkan lebih
baik.” ucap Sang Guru dengan senyuman paling manisnya.
“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin,
semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri
seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang
demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan,
dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.”
(Hadits
shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2999 dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan
radhiyallahu ‘anhu).
Kok keren sih kar.
BalasHapusMakasih:)
Hapus