Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

Belajar Bahasa Pemrograman

Saat ini saya sedang mencoba belajar bahasa pemrograman R. Ini saya lakukan guna mendukung keinginan saya menjadi seorang data scientist. Saya belajar menggunakan aplikasi android Datacamp. Aplikasi ini tersedia gratis di Play Store. Selain untuk belajar R, aplikasi ini juga bisa untuk belajar Python serta MySQL. Nah, agar saya bisa lebih memahami Bahasa R, saya mencoba membagikannya melalui blog ini. Tulisan mengenai bahasa pemrograman yang saya pelajari dapat dilihat dengan label pemograman. Mohon maaf apabila nantinya banyak kekeliruan di dalam label ini. Mohon koreksinya jika ada yang salah. Apabila ada masukan tolong disampaikan ya. Mohon doanya juga agar dapat istiqomah dalam menuliskannya. Terima kasih :)

Pengada-ada Cerita

Pagi itu aku diminta oleh temanku untuk mengantarkan berkasnya ke percetakan. Sesampainya di sana, aku melihat seorang gadis sudah duduk di kursi tunggu. Ia tampak anggun dengan memakai setelan batik yang dipadukan dengan kerudung coklat muda. Akupun menganggukkan kepala dan tersenyum padanya. Iapun membalas dengan senyuman yang cukup manis. Aku lalu duduk disebelahnya, berselang satu kursi. Kau tahu, ini kursi panjang satu satunya di percetakan ini dan bisa memuat empat orang. Seandainya ada kursi lain, pasti aku sudah memilih kursi itu. “Masnya seorang pengarang ya?” gadis itu membuka pembicaraan sambil melirik ke amplop coklat di pangkuanku. Amplop yang bertuliskan ‘DRAFT BUKU’ milik temanku. “Ah, ndak juga Mbak.” kujawab sambil memiringkan badan ke arahnya tanpa menatap matanya. “Lah, terus apaan dong Mas? Masnya kan bawa draft buku ke sini?” selidiknya penasaran. “Owh, ini mah draft punya temen saya mbak.” jelasku padanya sambil menunjuk amplop coklat milik tema

Mencari Kopi Aroma

Gambar
Dulu sekali, pernah teman sejurusan saya bercerita bahwa ada kopi yang cukup enak. Untuk bisa membelinya harus sampai antri terlebih dahulu. Namun, saat itu dia tak memberi tahu saya, kopi apa itu. Dan sayapun sudah lupa tentang itu. Setelah saya lulus, saya mencoba untuk merasakan kopi yang lain. Biasanya saya mengonsumsi Kopi Kapal Api atau Kopi cap Cangkir yang saya bawa dari rumah. Seorang teman lalu menyarankan Kopi Aroma yang ada di dekat Pasar Baru. Sayapun mencoba bertanya-tanya kepada kawan saya yang orang Bandung. Mereka memberitahu, kalau untuk membelinya memang akan antre. Hasil Pencarian Google Tak cukup sampai di situ, sayapun mencoba untuk googling, sebenarnya mencari tahu harga. Apakah pas di kantong atau tidak. Dan betapa kagetnya saya, bahwa ini adalah kopi yang liputannya pernah saya tonton sewaktu kecil. Waktu itu, yang paling saya ingat ialah kopi ini disimpan terlebih dahulu sebelum dipanggang. Penyimpanan ini bertujuan untuk mengurangi kadar keasama

Ayah, Anak dan Mentari Pagi

Selepas sholat shubuh, seorang anak duduk berdua dengan ayahnya di atap rumah. Mereka menunggu saat saat terbitnya matahari. “Tuh, mataharinya udah keluar!” ucap sang ayah sembari menunjuk ke arah matahari. “Waaaah. Bagus ya Yah!” teriak sang anak, terkesima. “Iya, haha.” sang ayah tertawa kecil melihat tingkah laku anaknya yang kegirangan. “Yah,” sang anak menarik narik baju ayahnya, meminta perhatian. “Hmm,” sang ayah menengok kepadanya. “Kalo adek bisa ngeberhentiin waktu, adek pingin ngeberhentiinnya sekarang juga!” ucap sang anak bersemangat, sementara ayahnya tersenyum saja. “Kenapa emangnya?” selidik sang ayah. “Biar kita bisa ngeliat pagi ini terus terusan.” jawab sang anak polos. “Terus orang lain gak bisa liat dong? Apa adek enggak bosen?” selidik sang ayah lagi. “Eh ya ding, orang lain gak bisa liat ya. Terus adek ntar bosen. Gak jadi deh. Haha.” sang anak tertawa memamerkan gigi kecilnya. “Sip pinter!” ucap sang anak sambil meng

Dia Bisa Menjaga Diri

Aku tengah memandanginya, seorang gadis yang sedang mengenakan sepatu. Kusaksikan ia dari balik jendela gedung seberang masjid. Kulihat jilbab lebarnya agak basah, mungkin terkena air saat wudhu. Jika orang lain melihatnya, pasti mengira anak SMA, padahal sudah bergelar sarjana 2 bulan lalu. “Kau yakin dia bisa menjaga dirinya?” tanya rekanku yang tengah menghampiriku. Turut bergabung denganku berdiri memandangi orang orang diluar gedung, termasuk gadis itu. Gadis itupun telah usai dengan urusan sepatunya, mulai beranjak pulang. Seperti biasa ia melewati jalan di samping gedung. Dan inilah yang selalu membuatku membalikan badan, bersender di bingkai jendela. Sejatinya aku hanya takut dia tiba tiba melihat ke arahku, lalu sadar aku sedang memperhatikannya. “Ya, aku yakin orang seperti dia mampu menjaga dirinya dengan baik!” balasku pada rekanku. “Bagaimana jika ternyata ia tak mampu menjaga dirinya dengan baik?” ucapnya yang masih menyaksikan orang orang yang lalu lalang

Sering Bertemu Tak Berarti Jodoh

Handphoneku bergetar pelan, tanda ada pesan masuk. Ah, rupanya dari kawan dekatku. “Bre,” isi pesan tersebut. “Ou,” balasku singkat. “Boleh minta pendapat gak buat tulisanku?” jawabnya. “Boleh, kayak gimana emang?” jawabku. Cukup lama kutunggu balasan darinya. Mungkin pesan yang ia tulis panjang. Dan benar saja, pesannya cukup panjang dibandingkan beberapa pesan biasa kami. Untuk pesan broadcast dan tausiyah itu pengecualian, untuk pesan tersebut kami hanya copas saja. “Terkadang kita tak sadar sedang berbagi cerita dengan orang yang sama. Kita akan tahu ketika salah satu dari kita melihat yang lainnya sedang berbagi dengan orang itu. Seusai aku berbagi cerita dengannya, diperjalanan pulang terbayang ketidaksengajaan pertemuan kita. Kala itu, kau lewat ketika aku sedang berbagi cerita dengan orang itu, dan iapun menyapamu. Yang menyebalkan ialah setelah bayangan tersebut hilang, aku pun bertemu denganmu yang hendak berangkat. Akupun harus menunduk semenunduknya.

Pertemuan itu Sementara

Aku masih berdiri di balik kaca bandara, memandangi pesawat yang telah terbang. Pesawat yang telah membawamu pergi ke tempat lain. Tempat yang jauh, terutama dariku. “Dia akan baik baik saja bukan?” ucap lelaki yang berdiri di sampingku. Aku menoleh kepadanya. “Ya.” jawabku singkat. Aku kembali melihat keluar, pesawatmu sudah tak terlihat rupanya. “Kalau begitu, kau tak usah terlalu khawatir padanya.” Ucapnya. Aku hanya mengangguk pelan. “Yuk pulang!” ajaknya. Kami membalikkan badan, mulai melangkah menuju pintu keluar. “Mau mampir nyari kopi dulu gak?” tawarnya. “Gak usah. Langsung pulang ke rumah aja.” tolakku. Pertemuan itu sementara, sedangkan perpisahan itu selamanya. Pertemuan kita kemarin seolah terasa begitu cepat. Kelak mungkin kita akan berjumpa lagi. Namun itu akan kembali terasa sebentar jika sudah dihadapkan dengan perpisahan. Kita tak akan pernah tahu kapan kita akan bertemu lagi. Meskipun telah berjanji untuk bertemu, tap