Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2015

Kenapa Seperti Itu

Pernahkah kau ingat ketika kau menanyakan kepada siapa hati ini tertambat. Namun yang kujawab hanya ‘Fulannah binti Fulan’. Sebenarnya bukan karena tak ingin membuatmu kaget ketika yang kusebut itu namamu. Bukan karena itu. Atau pernah kau ingat ketika bermaksud mengetahuiku lebih lanjut. Namun aku hanya menolaknya, enggan untuk menjawab. Sebenarnya bukan karena aku tak mau membaginya denganmu. Membagi cerita tentangku kepadamu. Maukah kau mendengar alasanku? Jika iya, inilah jawabku. Kau tahu, sebenarnya ‘tidak ada’ ikatan apapun antara kita. Kau bukanlah ‘siapa-siapa’ untuk diriku. Belum ada hak untukku untuk menyebutkan nama seseorang yang kucinta, bahkan namamu sekalipun. Bukan kewajibanku juga untuk menceritakan diriku secara utuh kepadamu. Kau bukan siapa siapa untukku. Meskipun sekarang aku menyukaimu. Belum tentu esok kau kan bersamaku. Bahkan belum tentu sebentar lagi  cinta itu masih ada untukmu. Kau tahu, hanya Tuhan yang maha Mengetahui. (c) Karyad

Menjagamu

Pernah kudengar, kau selalu berdoa mengharap kelak akan ada seorang lelaki yang akan menjagamu. Lelaki yang baik tentunya. Dan aku sebagai seorang lelaki terkadang bingung, penjagaan apa yang kau inginkan? Apakah seperti payung? Yang harus rela bertarung melawan hujan lebat. Untuk menjaga pemiliknya. Ataukah seperti sabuk pengaman? Yang seolah mengingkatmu, membatasi gerakmu di dalam mobil. Tapi kau tahu, dia juga ingin menjagamu. Mungkin seperti hijab yang biasa kau pakai? Selain menjagamu, ia akan menghangatkanmu. Dan kau tahu, dia juga akan menambah cantik dirimu. Memang sebagai seorang lelaki aku diciptakan untuk melindungi wanita. Bahkan melindung dari diriku, sebelum diri ini halal. Tapi apakah kau tahu, bahwa aku ini hanya mahkluk yang lemah. Tempat berpegang yang rapuh lagi mudah patah. Apakah kau ingin tahu tempat di mana kau dapat meminta perlindungan yang aman? Tentu, hanya kepada Tuhanmu saja kau dapat memintanya. (c)Karyadi, 20 Mar

Cahaya.

Cahaya. Seolah kita bisa melihatnya. Namun terkadang susah untuk membedakan apakah ada atau tidak secara penglihatan. Kita tak dapat menyentuhnya seberapapun keras usaha yang kita lakukan. Meskipun begitu kita dapat merasakan kehadirannya melalui kehangatan yang ia berikan. Datang dari sang mentari yang kan terus menyinari bumi ini beserta planet di sekitarnya. Tak peduli apakah ada awan yang menutupi dirinya sehingga pancarannya tak sampai ke bumi. Dan ketika kita menyaksikannya, seolah sang mentari itu tak hadir untuk menepati janjinya. Padahal sesungguhnya ada awan yang menutupinya, sehingga cahaya sang mentari tak sampai kepada kita. Saat malam tiba, seolah ia raib menjauhi kita. Berpaling. Hanya saja ia mencoba menepati janjinya kepada yang lain, menghangatkan bagian bumi yang lain. Percayalah esok hari ia akan kembali lagi untuk berjumpa denganmu, menepati janjinya kepadamu. Untuk menghangatkanmu. Cahaya memberikan kehangatan ke siapa saja. Tak peduli terhadap status yang di sa

Wahai Pemuda

Dari lingkaran yang baru saja saya ikuti, saya mendapatkan beberapa pelajaran penting dari kawan saya. Terutama untuk diri saya yang masih muda ini. Teman satu lingkaran saya berpesan kepada kami, Selagi kita masih muda, jangan menunggu untuk dipanggil oleh kegiatan sehingga dapat menyibukkan diri, namun mulailah sibukan diri kita dengan kegiatan yang bermanfaat. Benar juga kata beliau. Di masa muda ini banyak hal yang bisa kita geluti, kita kembangkan. Banyak sekali ilmu yang dapat kita pelajari. Masa muda inilah saat-saat di mana kita harus produktif. Masa di mana pikiran kita mulai matang tak seperti anak anak, dan badan kita masih bugar belum menua. Pantaslah jika masa muda ini adalah hal akan dipertanggungjawabkan kelak di hadapan-Nya. Selain itu, kawan saya ini juga berpesan untuk memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Isi waktu yang kita miliki dengan kegiatan yang produktif dan bermanfaat. Atur waktu kita dengan sedemikian rupa, agar kita tidak menyesal telah membuangnya.

Sebuah nama, sebuah doa

Nama adalah sebuah do’a, harapan yang diberikan orang tua kepada anaknya. Tentu saja do’a, dan harapan tersebut tentu yang baik. Memberikan nama yang baik, itu hukumnya wajib. Agar sang anak nantinya tidak merasa malu atau minder karena menyandang nama tersebut. Namun, perasaan banggalah yang selalui menyertainya, sebab ia selalu di do’akan oleh orang tuanya hingga akhir hidupnya. Setiap ada orang yang memanggilnya dengan nama pemberiaan orang tuanya, sama saja orang lain menghargai do’a dan turut mengamini do’a orang tua. Namun, saat ini banyak orang yang tidak memakai nama asli dalam pergaulan. Kadang kita akrab dengan nama panggilan mereka, tanpa menggetahui nama yang sebenarnya,. Malah kadang aneh saat memanggil dengan nama aslinya. Ada pula, orang memberi nama, tapi sekedar memberi nama. Asalkan terdengar bagus, namun tanpa mengetahui makna yang terkandung di dalamnya. Apabila kita terlanjur memberikan nama yang kurang layak, maka segera diganti dengan nama yang baik. Dalam hadist