Mencari Kopi Aroma
Dulu
sekali, pernah teman sejurusan saya bercerita bahwa ada kopi yang
cukup enak. Untuk bisa membelinya harus sampai antri terlebih dahulu.
Namun, saat itu dia tak memberi tahu saya, kopi apa itu. Dan sayapun
sudah lupa tentang itu.
Setelah
saya lulus, saya mencoba untuk merasakan kopi yang lain. Biasanya
saya mengonsumsi Kopi Kapal Api atau Kopi cap Cangkir yang saya bawa
dari rumah. Seorang teman lalu menyarankan Kopi Aroma yang ada di
dekat Pasar Baru. Sayapun mencoba bertanya-tanya kepada kawan saya
yang orang Bandung. Mereka memberitahu, kalau untuk membelinya memang
akan antre.
![]() |
Hasil Pencarian Google |
Tak
cukup sampai di situ, sayapun mencoba untuk googling, sebenarnya
mencari tahu harga. Apakah pas di kantong atau tidak. Dan betapa
kagetnya saya, bahwa ini adalah kopi yang liputannya pernah saya
tonton sewaktu kecil. Waktu itu, yang paling saya ingat ialah kopi
ini disimpan terlebih dahulu sebelum dipanggang. Penyimpanan ini
bertujuan untuk mengurangi kadar keasaman dalam biji kopi. Dalam hati
saya berkata, wah ini sepertinya kopi yang saya cari.
Sayapun
memutuskan bahwa pada hari sabtu saya akan ke Banceuy untuk membeli
kopi ini. Sebelum berangkat saya mencoba googling lebih dahulu agar
tidak kesasar. Dari hasil googling saya tahu, rupanya perlu mengantre
sekitar 30 menit dan sebelum pukul 9 tidak terlalu ramai. Niat hati
jam 10 sudah sampai sana. Tapi apalah daya, saya baru bisa berangkat
pukul setengah sebelas. Saya naik angkot Dago-Stasiun dan turun di
dekat jalan Banceuy. Disana saya bingung ini tempatnya dimana, maklum
baru pertama kali. Ya sudah, ikuti Google Maps.
![]() |
Antrian Pembeli Kopi Aroma |
Sekitar
dua puluh meter dari pabrik Kopi Aroma, saya sudah bisa mencium aroma
kopi yang dipanggang. Sudah dekat pikir saya. Saya sampai disana pukul 11 lebih, dan
sudah ada sekitar 20-30an orang yang mengantre di depan saya. Ada
bapak-bapak, ibu-ibu, mamang ojol, semuanya sama, hendak membeli
kopi. Sebelum berangkat sebenernya saya sudah memutuskan untuk
membeli 1 bungkus moka arabika. Moka arabika karena saya tak akan
kuat dengan asamnya robusta. Membeli 1 bungkus karena tidak ingin
serakah. Sehari sebelumnya saya mendapat nasehat untuk tidak serakah.
Toh kalau nanti sudah habis bisa ke sini lagi, pikir saya. Namun iman
saya tergoda ketika melihat orang orang yang sudah selesai memesan
membawa bungkusan cukup banyak. Jarang sekali yang hanya membeli 1
bungkus saja. Rata rata dua bungkus ke atas.
![]() |
Sebungkus Kopi Aroma Moka Arabika |
Sewaktu
antre sayapun berpikir ulang. Saya mencoba mencari cari alasan
sebagai pembenaran membeli lebih. Setelah 30 menit mengantre, sayapun
memesan 2 bungkus moka arabika masing masing 250 gram. Alasan
pembenaran saya ialah satu lagi untuk oleh oleh dan masak sudah antre
lama cuma membeli 1. Godaan setan emang. Akhirnya setelah berjuang lama berdiri saya bisa membawa pulang 2 bungkus moka
arabika. Betapa senang hati saya waktu itu.
Owh
ya, Kopi Aroma hanya berlokasi di Jalan Banceuy no 51. Mereka tidak
membuka cabang, kafe ataupun menjual secara online. Untuk harga, mulai pertengahan Februari mereka mengalami kenaikan harga karena naiknya harga biji kopi.
Robusta 250 gram 25 ribu, 500 gram 50 ribu dan moka arabika 250 gram
30 ribu, 500 gram 60 ribu. Mereka saat ini tidak menjual yang per
kilo lagi. Bagi yang hendak ke sana, mereka buka senin-sabtu pukul
08.30-14.30. Untuk lebih jelasnya bisa coba buka Google. Hehe. Semoga
bermanfaat ya.
Komentar
Posting Komentar