Dia Bisa Menjaga Diri
Aku tengah memandanginya, seorang gadis yang sedang mengenakan
sepatu. Kusaksikan ia dari balik jendela gedung seberang masjid. Kulihat jilbab
lebarnya agak basah, mungkin terkena air saat wudhu. Jika orang lain
melihatnya, pasti mengira anak SMA, padahal sudah bergelar sarjana 2 bulan
lalu.
“Kau yakin dia bisa menjaga dirinya?” tanya rekanku yang
tengah menghampiriku. Turut bergabung denganku berdiri memandangi orang orang
diluar gedung, termasuk gadis itu.
Gadis itupun telah usai dengan urusan sepatunya, mulai
beranjak pulang. Seperti biasa ia melewati jalan di samping gedung. Dan inilah yang
selalu membuatku membalikan badan, bersender di bingkai jendela. Sejatinya aku
hanya takut dia tiba tiba melihat ke arahku, lalu sadar aku sedang
memperhatikannya.
“Ya, aku yakin orang seperti dia mampu menjaga dirinya
dengan baik!” balasku pada rekanku.
“Bagaimana jika ternyata ia tak mampu menjaga dirinya dengan
baik?” ucapnya yang masih menyaksikan orang orang yang lalu lalang hendak
pulang.
“Aku hanya dapat berdoa, semoga Dia menjaga dirinya malam ini.” ucapku sambil melangkah menuju meja kerja.
Kulirikan pandanganku padanya, masih berdiri di tempat yang
sama. Dia hanya tersenyum sambil mengangguk anggukan kepala.
“Lagipula inikan abis maghrib, belum terlalu gelap. Dan
kitapun masih banyak pekerjaan.” tambahku padanya.
Iapun beranjak dari memandangi orang orang. Bergabung dengan
yang lain, duduk di belakang meja kerja. Kembali dengan pekerjaan masing
masing, lembur.
Entah kenapa seringkali aku berpikir, belum
menjadi kewajiban bagiku membersamainya pulang ataupun bertanya bagaimana
harinya.
Komentar
Posting Komentar