Di Sebuah Halte


Aku duduk di sebuah halte. Aku tak duduk sendirian, di sebelahku ada temanku, seorang wanita. Tapi tak persis duduk di sebelahku. Kami sama sama memandangi jalanan yang basah karena hujan. Ya, kami terjebak disini. Jika kau melihatnya kerudung serta pakaiannya agak basah, sama sepertiku. Tadi kami berlari lari karena hujan turun tiba tiba dan menemukan halte ini, satu satunya tempat untuk kami berteduh. Aku dan dia sama sama tak membawa payung. Kami terlalu berbaik sangka pada cuaca di musim penghujan. Pagi tadi cukup cerah, tak tahunya sekarang hujan. Seandainya tak terlalu deras, pasti aku sudah berlari meninggalkannya sendiri.

“Kau tahu, aku dulu pernah membayangkan ada seorang laki laki yang pandai memasak menikah dengan wanita yang tak pandai memasak.” ucapku membuka percakapan.

Dalam hati, aku mengutuki diriku sendiri yang tak cukup baik dalam hal membuka percakapan. Terlebih kepada lawan jenis.

“Hmm. Terus gimana?” balasnya sambil memeluk tubuhnya sendiri, kedinginan.

Sepertinya dia cukup tertarik, pikirku.

“Kan mereka udah nikah. Abis mereka masak bareng, si cewek curhat ke ibunya. Dia bilang, Bu masak irisan sayur suami aku lebih bagus dibanding irisan aku. Curhatnya rada mewek gitu.” lanjutku.

Aku tertawa kecil membayangkan jika kejadian itu nyata.

“Kamu mau istri kamu kayak gitu?” selidiknya dengan tatapan mata yang cukup mengintimidasi dan jari yang menunjuk ke wajahku.

“Ya kali aja, aku kan gak bisa masak.” elakku.

Ya memang aku tak bisa memasak, sama seperti kebanyakan laki laki di luar sana.

“Awas aja ya kalau istri kamu ntar curhat gituan ke aku!” ancamnya, tangannya kulihat agak terlipat di dada.

“Hehe.” Aku nyengir tanpa dosa.

Aku menatap jalanan yang masih dibasahi hujan, lalu menatap ke arahnya. Ia tiba tiba sibuk dengan handphonenya. Aku kembali menatap jalanan. Aku menghelakan nafas, berucap dalam hati. Gimana istriku kelak bakal curhat ke kamu, kalau kamunya ntar jadi istriku. Lagian kamu kan jago masak. Eh, kog aku jadi kayak sinetron gini yah. Duh berat euy. Hujan cepatlah berhenti. Jangan kau kurung kami terlalu lama disini. Aku tak akan sanggup menjaga hatiku jika kau berlama lama mengurung kami disini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penerapan Hukum Archimedes

Garis Finish Lari Tadi

Menjagamu