Mencoba untuk Menerima
Terkadang apa yang terjadi pada diri kita tidaklah sesuai
dengan apa yang kita harapkan, kita rencanakan. Kita selalu berfikir bahwa
rencana yang kita buat adalah yang terbaik bagi kita. Mengira bila yang terjadi
tidak sesuai dengan rencana kita adalah sebuah kesalahan. Kita menjadi
menolaknya, mengingkari akan apa yang terjadi pada diri kita. Kita kemudian menyalahkan
keadaan, menyalahkan orang lain yang memang tidak mengetahui diri kita. Merasa
seakan dunia telah pergi jauh dari kita. Dan semuanya terasa gelap, kosong,
hampa.
Jika hal yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang kita
rencanakan, kita bisa menolak. Kitapun bisa berusaha untuk menerimanya. Tak
perlulah kita terlalu terpuruk memikirkan apa yang telah terjadi pada diri
kita. Kita cukup menerimanya, menjalaninya dan menyakininya bahwa itu yang terbaik. Tak perlu juga kita menyalahkan
orang lain yang seakan tidak peka pada diri kita. Cukuplah kita berbaik sangka
kepada mereka, mungkin mereka tidak tahu, dan jadikan ini suatu pengingat untuk
memberi tahu orang orang yang dekat dengan kita tentang rencana kita. Siapa
tahu mereka bisa membantu rencana kita.
Mungkin dirimu masih susah untuk menerima bahwa rencana yang
telah kau persiapkan gagal untuk terwujud. Kau mungkin mencaci maki. Tapi
ingatlah kawan itu sudah ditakdirkan oleh Allah swt. Allah itu Maha Tahu,
melebihi kita, hamba-Nya. Allah pasti telah mengariskan rencana terbaik-Nya
untukmu, tanpa kita sadari. Ingatlah kawan, bolehlah manusia merencanakan tapi
yang menentukan ialah Allah.
Jika dirimu masih belum bisa menerimanya, maka cobalah lagi
untuk menerimanya kawan. Apa yang terjadi pada dirimu ialah bagian dirimu.
Terimalah itu menjadi bagian dari dirimu. Bolehlah masa lalumu tidak sesuai,
tapi apakah engkau ingin selalu terpuruk dalam masa lalumu? Tidak bukan.
Cobalah untuk melihat masa depan. Masa lalu kita tidaklah bisa kita ubah, namun
masih ada masa yang akan datang yang bisa kita ubah. Masa depan kita masih
sangat luas, masih banyak kemungkinan yang bisa terjadi. Ambilah pelajaran dari
masa lalumu, sepahit apapun itu. Jadikan itu sebagai bekal di masa depan, agar
engkau tidaklah merasakan sakit yang sama untuk kesekian kalinya di masa depan.
Masa lalu kita sudah berlalu di belakang kita. Masa yang
akan datang ada di depan kita. Masa lalu sudah bukan milik kita dan yang akan
datang belum menjadi milik kita. Yang masih menjadi milik kita ialah saat ini.
Maka manfaatkan saat ini dengan baik. Ingat selalu, yang bisa kau lakukan hanyalah
melakukan yang terbaik, semampu dan semaksimal yang bisa kau lakukan saat ini.
Kita rangkai kembali masa depan kita agar lebih indah.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik
bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk
bagimu. Allah mengetahu, sedang kamu tidak mengetahui.”(Q.S. Al Baqarah:216)
(c) Karyadi di Bandung, 29 Juni 2015
Komentar
Posting Komentar