Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2017

Kisah Singkat

Dalam sebuah resepsi pernikahan, sekelompok pemuda berkumpul. Di sana nampak kedua pengantin yang baru melaksanakan ijab kabul. "Kamu itu jauh jauh ke Jepang dapetnya juga orang Indonesia. Ngapain coba jauh jauh ke Jepang kalo gitu, disini aja banyak." seseorang merecoki kawannya yang baru menikah. Pengantin wanitanya hanya senyam senyum mendengarnya "Itulah yang namanya usaha Bung. Kita tak tahu dimana Allah meletakkan jodoh kita. Tugas kita hanya mengusahakannya, dengan cara yang baik tentunya. Iya nggak?" ucap sang pengantin pria, sambil menoleh pada seseorang kini menjadi istrinya. "Iya. Daripada maneh , kapan menyegerakannya. Wkwkwk." balas salah satu pemuda lain yang lebih dulu menikah. Ia merecoki orang pertama merecoki. "Hahahaha" sekelompok pemuda tersebut tertawa. Sementara yang memulai merecoki bersemu merah, agak malu.

Langit (Sore)

Gambar
Entah kenapa langit itu amat menarik bagi saya. Mungkin karena ia menghamburkan warna warna dari pendaran cahaya. Mungkin karena ia dinamis, lukisan langit mampu berubah dari detik yang satu ke detik selanjutnya. Mungkin karena itu amat tinggi, tempat kita menggantungkan mimpi mimpi. Ini beberapa foto langit sore di Bandung. Foto ini di ambil dengan dengan kamera Handphone Sony Xperia M Dual 5MP.

Sabar dan Syukur

Dalam suatu kelas, seorang Guru menerangkan pelajaran kepada murid muridnya. “Anak anak, sesuatu yang akan terjadi pada kita di masa depan akan disikapi dengan dua hal, rasa senang dan rasa sedih. Dua duanya memiliki peluang yang sama, setengah dan setengah. Seperti uang logam dengan sisi bahagia di satu sisi dan sisi sedih di sisi lainnya. Itu semua bergantung kepada kita menyikapi apa yang terjadi, kita bisa bahagia bisa pula sedih.” Ucapnya sambil menunjukkan koin logam sebagai alat peraga. Sang guru lalu melempar koin logam tersebut ke udara dan menangkapnya. “Pak Guru,” salah seorang murid menggangkat tangannya. Sang Guru mengangguk mempersilahkannya berbicara. “Kalau saya mengganti kedua sisinya dengan kebahagiaan gimana Pak? Jadi saya bisa bahagia apapun yang terjadi.” ucap murid yang tadi menganggkat tangan. “Boleh.” Sang Guru mengangguk takzim dan tersenyum. “Pak Guru,” murid lain ikut menggangkat tangannya. Sang Guru menoleh dan kembali mengangguk, me

Jangan Khawatir

“Kenapa nih, kog jagoan ayah lagi kusut. Lebih kusut dari pakaian yang belum di setrika.” ucap Ayah pada Putranya. Putranya memang agak kusut sore itu. Putranya hanya menggeleng. Enggan memberikan jawaban. “Sebentar, Ayah tebak. Ini pasti ada hubungannya sama Fulanah binti Fulan ya? Gadis manis yang biasa kamu ceritakan itu ya?” tebak Ayah, “Udah ceritain aja ke Ayah, mumpung Ibu dan Kakakmu lagi di dapur.” bisik Sang Ayah, agar suaranya tak terdengar sampai dapur. “Jadi gini Yah. Kemarin aku liat dia jalan bareng sama cowok. Jalannya sambil bercanda gitu.” akhirnya Putranya terpancing juga, dan mulai bercerita. “Owh, jadi anak ayah lagi cemburu ya?” Ayah sendikit menggoda Putranya. “Iiihhh, siapa juga yang cemburu!” Putranya mendengus jengkel pada Ayah. Jengkel karena digoda. Sebenernya pipinya memerah saat itu, agak panas. “Alah ngaku aja, udah ketahuan kog. Kamu sih, penakut. Gak berani ngungkapi perasaan ke orangnya. Jadinya gini kan.” Ayah kembali menggoda

Penugasan Terakhir

Aku menatap ke atas, melihat temanku membuka penugasan- nya. Penugasan itu mungkin seperti jurus ninja kalau dalam cerita komik Naruto. Temanku yang sedang membuka penugasan -nya adalah seorang pengguna, seorang yang bisa mengaktifkan penugasan . Pagi ini, entah apa gerangannya ia mengaktifkannya. Ada hal yang mendesak katanya, tapi aku tak tahu apa itu. Padahal ia hanya berubah memakai baju zirah penuh senjata atau bentuk aneh lainnya. "Akhirnya ia menggunakan penugasan terakhirnya, long time no see. " ucap Pak Tua yang berdiri disampingku sedari tadi, turut mengamati temanku. " Long time no see , lama tak jumpa? Kenapa demikian?" ucapku dalam hati sambil memasang wajah penuh tanya, mengernyitkan dahi. "Sebab, tak akan ada lagi perjumpaan setelahnya. Perpisahan yang amat lama, kematian. Kadang sering disebut mimpi para pengguna." kembali menjelaskan, seolah tahu apa yang sedang aku pikirkan. Wajahku semakin bertanya tanya. Seolah diriku

Halaman Terakhir

Kupastikan datangi halaman terakhir Kutuliskan semua di buku itu Kupastikan temukan halaman terakhir Kuterus menulis dan tak sanggup berhenti Kudatangi halaman terakhirku Bukan dia yang datangiku Kutak tahu seberapa tebal bukuku Bila halaman terakhir itu terbuka Kan selesai sudah bukuku Dan tak bisa tergantikan yang lainnya Selesai semua ceritaku Semua coba tahan air mata Tanda titik dibuku telah ditorehkan Dan tak bisa dihapus lagi Kukan hadap Illahi Simpul senyum hilang Inginku coba ukir lagi diwajahmu Namun kutak bisa apa apa lagi Bukuku telah selesai di halaman terakhir Purworejo, 26 Februari 2009

Kisah Seorang Kakek pada Cucunya

"Terkadang aku merindukan masa masa itu. Masa ketika kita terlalu ngotot mempertahankan teman kita, meskipun kadang ia bisa di pandang beban. Kita saat itu berdalih karena ia adalah bagian dari keluarga kita. Padahal saat itu belum ada satupun dari kami yang sudah menikah. Hehehehe. Kakek bahkan masih culun pada saat itu." kisah sang kakek pada cucunya, ketika mengenang masa mudanya. "Ah, tapi kadang kita lupa dengan ucapan itu, ketika tak ada suasana yang membuat kita seperti itu. Zaman seolah melunakkannya. Melupakan semangat kami yang dulu. Setelahnya kami mulai fokus kepada yang lain. Masing-masing dari kami memilih jalan yang berbeda. Kadang kami kehilangan yang lain, ataupun kadang kami meninggalkan yang lain." lanjut sang kakek. "Kakek hanya bisa berharap, kakek dapat terus mengenangnya. Kenangan ketika kakek muda" tutup sang kakek sambil terkekeh. Sementara cucu perempuannya sudah tertidur sambil tersenyum dengan album foto yang masih terb

Tidak Sedang Baik Baik Saja

“Jadi gimana kabar temen kamu itu?” tanya ibu selepas aku menutup teleponku. Adalah kebiasaan ibu, bertanya kabar tentang teman temanku. Terlebih yang pernah bertemu dengannya. Hari ini ibu menanyakan kabar Ari, seorang teman yang tanpa sengaja bertemu dengan kami di stasiun kereta. Waktu itu Ari hendak pulang kampung, sementara kami hendak jalan jalan menggunakan kereta. Kebetulan kami satu kereta. Hanya saja beda gerbong, kami di gerbong depan sementara ia di gerbong belakang. Entah kenapa hari itu ibu bertanya tentang Ari. Mungkin karena perangainya yang cukup sopan pada ibu waktu itu. Akupun menceritakan kabar Ari saat terakhir kami berjumpa di kampus. Menceritakan bahwa ia seperti sedang ada masalah. Sebab ia kadang terlihat murung ketika aku berpapasan dengannya. Ia sebenarnya tersenyum ketika berjumpa denganku, namun senyuman yang dipaksakan. Aku sebenernya sangat ingin mengobrol dengannya perihal masalah apa yang ia hadapi. Namun karena kesibukan kami masing masing

Hadiah Hydrangea Kecil

Esok hari, salah satu teman dekatku akan diwisuda. Ia satu angkatan denganku, satu almamater, hanya saja beda jurusan. Ia sangat menyukai tumbuh tumbuhan, terlebih bunga. Salah satu bunga yang ia sukai ialah hydrangea . Ia seorang laki laki, entah kenapa ia sangat menyukai bunga tersebut. Mungkin dulu ia sempat naksir seorang wanita yang menyukai bunga tersebut. Lalu ia kepo , mencari tahu tentang bunga hydrangea dan malah suka dengan dengan bunga tersebut. Yah mungkin saja. Hari ini aku menghabiskan waktu seharian untuk berkeliling kota. Mencari bunga hydrangea untuk hadiah wisudanya. Memang tidak susah menemukan bunga itu di kota sebesar Bandung. Namun, jarang yang menjualnya ketika masih kecil. Rata rata menjual yang sudah berbunga. Yah, aku memang sengaja tidak memberikan yang sudah berbunga untuknya. Malam ini satu pot hydrangea kecil sudah ada, kotak untuk wadah juga sudah ada. Tinggal aku berikan pesan kecil untuknya. Aku hanya menuliskan pesan singkat saja. “Aku

Tips Memberikan Tausiyah ala KLC

“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar." (QS Luqman:13) Hari itu saya menghadiri acara Forum Pengajar KLC. Hari minggu kemarin. Sebenarnya saya belum merasa layak untuk menjadi pengajar di sana. Namun apa daya, ada yang ‘meloloskan’. KLC merupakan kependekan dari Karisma Learning Club, berada dibawah naungan unit Karisma. Suatu unit dibawah Salman ITB. Unit ini bertujuan untuk membina karakter anak anak SMP dan SMA di Bandung. KLC sebenarnya hampir sama dengan kegiatan bimbingan belajar lainnya. Bedanya disini adik adik diajak mengaji dan diberikan tausiyah sebelum memulai belajar. Bahkan yang terpenting adalah kegiatan tausiyah dibandingkan kegiatan belajarnya, karena memang tujuannya untuk membina adik adik. Pada awalnya, kami dijelaskan mengenai urgensi memberikan tausiyah. Kenapa si

Tujuan Hidup

Sore ini aku diminta menemani temanku, seorang pria, berkunjung ke sebuah toko buku. Katanya mencari ide untuk tugasnya. Ketika pulang kutanyakan kegelisahanku kepadanya, mungkinkah seseorang bisa kehilangan tujuan hidupnya. Beliau menjawab tidak, dan menambahkan berarti orang itu tidak memiliki tujuan hidup, atau mungkin tujuan hidupnya kurang kuat. Jika itu memang tujuan hidupnya ia akan terfokus untuk menujunya apapun yang terjadi. Dia tak akan goyah meski apapun yang terjadi, sebab itu tujuannya. Aku masih bingung. Kemudian beliau memperlihatkan smartphonenya sambil melanjutkan kata katanya. Jika itu tujuan maka ada tiga hal, yakni jelas, baik dan untuk kepentingan bersama. Tujuan itu harus jelas, tujuan hidup semisal membuat Indonesia menjadi lebih baik itu tidak jelas. Lebih baik di bidang apa? Kenapa? Kitapun tidak bisa terlalu egois, mementingkan diri kita sendiri dalam tujuan hidup tersebut. Itu harus menjadi kepentingan bersama. Jika tujuan hidupmu sudah memuat ketiganya

Hari Ini, Ayah Pulang

Bulan ramadhan dua tahun lalu, ketika usiaku baru dua tahun, ayah pergi meninggalkan kami. Ia berpamitan pada ibu dengan bahasa yang tidak aku pahami. Yang aku tahu, ayah pergi untuk berperang dan mungkin tak akan kembali lagi. Saat itu ayah sangat gagah sekali, dan ibu seperti wanita yang tertawan oleh ayah. Ayah hanya berpamitan dengan sedikit kata kata, sambil memanggul senjata, hal yang sebenarnya ibu larang untuk diperlihatkan padaku, namun saat itu situasi begitu mencekam. “Ayah pergi dulu Nak. Jangan nakal ya, jangan buat ibumu repot. Tolong jaga ibumu untuk ayah. Jadilah anak ayah yang kuat” ucapnya padaku lantas memeluk diriku. “Aku berangkat dulu. Jangan pernah bersedih untukku, apalagi menunjukkan air mata di depan anak kita. Jalan ini memang jalan yang telah kita berdua kita pilih sedari dulu. Kita pasti akan berjumpa lagi. Paling cepat di dunia, dan semoga kita sekeluarga di bertemukan kembali di surga-Nya. Tolong jaga anak kita, jadikan dia pemimpin yang kuat