Hari Ini, Ayah Pulang

Bulan ramadhan dua tahun lalu, ketika usiaku baru dua tahun, ayah pergi meninggalkan kami. Ia berpamitan pada ibu dengan bahasa yang tidak aku pahami. Yang aku tahu, ayah pergi untuk berperang dan mungkin tak akan kembali lagi. Saat itu ayah sangat gagah sekali, dan ibu seperti wanita yang tertawan oleh ayah.

Ayah hanya berpamitan dengan sedikit kata kata, sambil memanggul senjata, hal yang sebenarnya ibu larang untuk diperlihatkan padaku, namun saat itu situasi begitu mencekam.

“Ayah pergi dulu Nak. Jangan nakal ya, jangan buat ibumu repot. Tolong jaga ibumu untuk ayah. Jadilah anak ayah yang kuat” ucapnya padaku lantas memeluk diriku.

“Aku berangkat dulu. Jangan pernah bersedih untukku, apalagi menunjukkan air mata di depan anak kita. Jalan ini memang jalan yang telah kita berdua kita pilih sedari dulu. Kita pasti akan berjumpa lagi. Paling cepat di dunia, dan semoga kita sekeluarga di bertemukan kembali di surga-Nya. Tolong jaga anak kita, jadikan dia pemimpin yang kuat dan seorang hafidz Qur’an”

Selesai mengucapkannya ayah hanya tersenyum dan mencium kening ibu. Selepas itu mencium perut ibu. Aku baru tahu kalau saat itu ibu sedang mengandung adikku.

Ayah kemudian berbalik badan, mengusapkku sambil berucap, “ Ayah berangkat dulu, Assalamu’alaikum”

Ia berjalan menjauhi kami, tanpa membalikkan badan, hanya melambaikan tangannya. Kulihat ibu seolah menahan tangis sambil mengusap perutnya. Entah kenapa, seolah antara menahan dan melepas ayah pergi. Mungkin itu alasan kenap aayah tak membalikkan badannya.

Aku dan ibu hanya bisa melihat tubuhnya menghilang dari kejauhan.

Dua tahunpun berlalu. Dan barusan aku dengar bahwa ayah telah pulang. Namun bukan pulang ke dunia. Tak terasa, air mata meleleh dari mata ini menyentuh pipiku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penerapan Hukum Archimedes

Menjagamu

Garis Finish Lari Tadi